"Klo dipikir-pikir, nasibmu kok beruntung terus ya Jon", kata Yatno, seorang pedagang buku keliling kepada Jono, teman sekolahnya yang kini telah menjadi pengusaha sukses. "Udah nikah ama gadis cantik, sekarang punya banyak usaha yang sukses, dan hebatnya lagi sebagian besar usahamu menggunakan modal orang lain", lanjut Yatno terkagum-kagum.
NASIB dan KEBERUNTUNGAN memang kerap menjadi kambing hitam dikala seseorang telah berusaha dengan keras namun tidak memberikan hasil seperti yang direncanakan.
"Yah mau gimana lagi mas, wong saya ini memang udah ditakdirkan begini, setiap orang kan punya nasib & rejeki yang berbeda, ada yang kaya kan harus ada yang miskin, ada yang sukses kan harus ada yang gagal. Meskipun saya bekerja keras dan berdoa siang malam, tapi kalo sudah ditakdirkan begini oleh Allah ya diterima aja".
Begitulah jawaban yang sering saya dengarkan kepada seseorang yang merasa dirinya 'terkurung' oleh nasib. Sehingga dalam benak mereka apa yang telah mereka kerjakan sudah maksimal dan apapun hasilnya dipasrahkan kepada Allah. Salahkah ? Apakah memang kita sudah ditakdirkan oleh Allah untuk jadi seperti ini meskipun kita berusaha dengan sekuat tenaga ? Sebelum menjawabnya mari kita sama-sama lihat ilustrasi sederhana yang saya buat dibawah.
Terdapatlah dua lapangan, lapangan A dan lapangan B, yang masing-masing berisi 1 ekor ayam dan mempunyai 1 buah gawang. Tujuan masing-masing orang disitu adalah memasukkan ayam tersebut kedalam gawangnya masing-masing. Mana yang lebih sulit, menggiring ayam ke dalam gawang di lapangan A atau menggiring ayam ke dalam gawang di lapangan B ?
Nggak usah mumet miikirnya :D ... ayam di lapangan B lebih mudah untuk dimasukkan ke gawang. Ini karena disitu sudah terdapat patok kayu beserta talinya yang seakan-akan membuat 'jalur' bagi si ayam untuk masuk ke gawang. Sedangkan ayam di lapangan A jauh lebih sulit untuk dimasukkan ke gawang karena pasti akan lari kesana-kemari.
Lapangan A
Sama seperti kehidupan nyata, seberapa kerasnya kita berusaha & berdoa maka kita tetap akan kehabisan tenaga untuk mengejar ayam dan berusaha menggiringnya ke dalam gawang. Dalam hal ini apakah saya bisa berkata, "Yah emang saya ditakdirkan untuk mengejar ayam seumur hidup, masuk ke gawang atau tidak itu terserah Allah, yang penting saya telah berusaha & berdoa dengan keras".
Lapangan B
Patok kayu yang terpasang tentu saja tidak lurus dan berliku-liku, setiap sudut saya akan pasang patok kayu. Sampai ke patok kayu yang paling dekat dengan gawang, maka selanjutnya saya akan mengaitkan patok kayu yang satu dengan patok kayu yang lain sehingga membentuk sebuah 'jalur' untuk menggiring ayam agar masuk ke gawang.
Sama seperti kehidupan nyata, patok kayu-patok kayu tersebut adalah kredibilitas dan integritas kita sebagai seorang manusia yang memberi manfaat kepada semua orang dan hal apapun termasuk tempat kita berpijak. 'Jalur' tersebut tentu saja berliku-liku sesuai banyaknya peran yang kita jalankan di dunia ini. Tetapi jika kita selalu menancapkan 'patok kayu' di setiap tikungan yang kita lewati dan mengaitkannya maka kita akan menyadari sepenuhnya bahwa KITA PUNYA ANDIL DI DALAM MENENTUKAN NASIB & KEBERUNTUNGAN KITA, Allah Maha Tahu apa yang kita bisa lakukan dan apa yang tidak bisa kita lakukan.
Jika kita melihat cerita Jono yang menikah dengan gadis cantik dan menjadi pengusaha dengan menggunakan modal orang lain, apakah kita akan berfikir bahwa nasib Jono memang mujur dan beruntung ?
Yup benar sekali, tentu saja Jono telah menancapkan 'patok kayu' di setiap langkahnya sehingga si gadis dan orang-orang yang modalnya digunakan oleh Jono begitu percaya bahwa Jono bisa menjalankan amanah yang diberikan.
Jadi ... sudah seharusnya kita memberi manfaat kepada siapapun dan dimana saja dengan ikhlas, meskipun orang tersebut berada jauh dibawah status sosial kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana nasib orang tersebut dimasa yang akan datang & bagaimana Allah merencanakan kehidupan kita & orang itu di masa datang. Kalaupun sewaktu-waktu kita di 'jemput' oleh malaikat maut, maka akan banyak manfaat yang tersebar dan dapat dinikmati oleh banyak orang sepeninggal kita.
Mudah-mudahan kita semua tergolong sebagai manusia yang selalu memberi manfaat kepada siapapun dan dimanapun, Amin.
| In :
Artikel Inspirasi
0